Rabu, 02 Januari 2008


Pemburuan
Karana kelaparan dan/atau kemiskinan, orang utan kadang-kadang diburu sebagai sumber makanan, baik karena orang tidak tahu tentang undang-undang yang ada, atau karena mereka sama sekali tidak peduli tentang undang-undang itu. Karena tempat pendiaman manusia makin lama makin melangar batas hutan, maka orang utan tertarik untuk makan buah-buahan dari pohon-pohon di dalam kebun manusia - ini menyebabkan pertentangan antara manusia dan orang utan sehingga orang utan dianggap sebagai hamba. Kalau orang utan dewasa dibunuh maka bayinya bisa dijual, dan tengkorak orang utan dewasa tsb bisa dijual sebagai oleh-oleh (yang tidak sah) di seluruh Kalimantan.

Penanganan yang kurang baik terhadap kontrak izin menebang pohon, cara pertanian yang menggunakan sistim potong dan bakar (slash and burn), dan penebangan hutan secara tak sah, tergabung untuk mengurangi jumlah wilayah hutan rimba. Di satu wilayah di Kalimantan Selatan telah dilaporkan bahwa 80% penebangan hutan yang terjadi merupakan penebangan tak sah. Untuk banyak transmigran (orang yang dipindahkan dari pulau Jawa untuk mengurangi jumlah penduduk di pulau itu) pertanian penting untuk kelangsungan hidup mereka. Tanah yang terdapat di Kalimantan tidak subur dan tidak bisa menghasilkan hasil bumi seperti dihasilkan dengan tanah subur di pulau Jawa. Oleh karena itu, untuk bisa terus hidup, para transmigran mungkin menebang hutan atau menggunakan sistim pertanian dengan cara potong dan bakar, yang tidak bisa ditahan lama tanah itu karena makin pesat pertumbuhan penduduk makin singkat waktunya untuk pembaharuan lagi hutan rimba.

Keadaan-keadaan ini dipersulit lagi karena masa iklim yang luar biasa seperti masa El Nino yang luar biasa panjangnya tahun ini. Kebakaran merajalela melalui Kalimantan Timur, di pulau Borneo, selama lebih dari sembilan bulan. Asap dari kebakaran itu menjadi gangguan kesehatan bagi negara-nergara sejauh Singapura dan Malaysia. Ratusan ribu hektar hutan rimba di Kalimantan dihapuskan yang berati banyak orang utan liar kehilangan tempat tinggalnya dan terpaksa mencari lindungan di pohon-pohon buah di desa-desa dan perkebunan. Orang utan itu tidak diterima baik dan banyak yang dibunuh, diluka parah, atau dimakan oleh orang yang kelaparan karena panen mereka sudah gagal dua tahun lamanya. Sesudah kebakaran itu mulai, sumber-sumber batu bara dan lumut yang banyak terdapat di pulau itu menyala secara spontan dan membuat kebakaran itu lebih buruk lagi.

Tidak ada komentar: