Rabu, 02 Januari 2008

Orang Utan Menghadapi Kepunahaan


Sebuah masa gawat sedang dihadapi orang utan. Kelangsungan hidup orang utan belum pernah terancam seperti sekarang ini. Krisis ekonomi tergabung dengan bencana-bencana alam dan kesalahgunaan hutan rimba oleh manusia berarti bahwa orang utan sekarang terancam punah. Selama 20 puluh tahun belakangan ini kira-kira 80% hutan tempat orang utan tinggal sudah hilang. Pada waktu kebakaran hutan tahun 97-98 kurang lebih sepertiga dari jumlah orang utan liar dikorbankan juga. Tinggal kira-kira 12.000 sampai 15.000 ekor orang utan di pulau Borneo (dibandingkan dengan 20.000 pada tahun 1996), dan kira-kira 4.000 sampai 6.000 di Sumatra (dibandingkan dengan 10.000 pada tahun 1996). Menurut taksiran para ahli, orang utan liar bisa menjadi punah dalam jangka waktu sepuluh tahun lagi.

Ancaman terhadap kelangsungan hidup orang utan cukup banyak, dan sulit diatasi.

Ancaman ini termasuk:
Kehilangan hutan tempat tinggalnya
Pemburuan tak sah
Perdagangan orang utan sebagai binatang peliharaan

Dulu, orang utan terdapat di wilayah seluas beribu-ribu kilometer di hutan rimba Asia Tenggara. Dewasa ini orang hutan hanya tinggal di pulau Borneo dan Sumatra. Tempat tinggalnya indah, hutan rimba yang hijau, dan didiami bersama-sama dengan binatang-binatang lain yang terancam punah juga, misalnya harimau dan badak. Hutan rimba ini dilalui oleh banyak sungai yang besar dan di sana terdapat sejumlah jenis pohon, burung dan binatang yang melebihi jumlah yang terdapat di kebanyakan tempat lain, bahkan hampir di seluruh dunia. Harta benda hutan rimba ini sulit sekali ditaksir karena sebegitu mulia dan sebegitu banyak. Banyak jenis tanaman dan binatang yang belum kita ketahui terdapat di sini.

Sekarang, bahkan di kedua pulau itu (Sumatra dan Borneo), tempat tinggal orang utan terancam pula. Kehilangan hutan ini adalah akibat dari tekanan ekonomik, kerakusan dan ketidaktahuan manusia, dan bencana-bencana alam. Jumlah penduduk Republik Indonesia telah bertambah dari 10 juta orang pada permulaan abad ke 20 sampai lebih dari 200 juta orang sekarang. Kebutuhan sebegitu banyak orang, dengan tanah yang terbatas, sangat mendesak sehingga tidak banyak waktu yang bisa digunakan untuk memperlindungi dan merawat kesehatan lingkungan alam. Baik orang maupun orang utan memerlukan tanah yang sama dan, dalam pertentangan antara manusia dan orang utan itu, orang utan yang kalah.

Tidak ada komentar: