Selasa, 01 Januari 2008

Ancaman kepunahan tidak saja terhadap satwa langka



"Ancaman kepunahan tidak saja terhadap satwa langka yang ada di satu-satunya taman nasional hutan tropis di Sumatera itu, tetapi juga terhadap kelestarian hutan TNBT,"
Kini hutan panyangga TNBT, paparnya, sudah mulai musnah karena kayunya habis dibabat guna memenuhi kebutuhan bahan baku kayu berbagai perusahaan perkayuan di sekitar TNBT itu, bahkan guna memenuhui kebutuhan kayu perusahaan yang jauh dari TNBT di wilayah Riau maupun Jambi.
"Karena itu, kita dari WWF sangat khawatir, apakah keberadaan Taman Nasional Bukit Tigapuluh masih bisa bertahan sampai lima atau sepuluh tahun lagi, sebagai salah satu tempat hidup dan berkembang biaknya berbagai jenis flora dan fauna yang sudah hampir punah itu,"
Menurut catatan WWF Bukit Tigapuluh, di sekitar TNBT tersebut terdapat sekitar 33 unit usaha penggergajian kayu, belum lagi usaha perkebunan yang membabat hutan untuk dijadikan areal usaha mereka.
Sementara itu dari Samarinda dilaporkan, populasi orangutan (pongo pygmaues) terus terancam. Perdagangan binatang langka ini, menurut masyarakat setempat, terus berlangsung, di samping sebagian lagi kerap meninggalkan habitatnya.
Harga orangutan di Kaltim dari tangan pertama berkisar Rp 500.000 sampai satu juta rupiah. Harga itu meningkat tiga sampai empat kali apabila sudah sampai ke pihak yang sengaja memperdagangkan. Apabila orangutan tersebut diselundupan ke luar negeri maka harganya mencapai puluhan juta rupiah, seperti terungkapnya kasus perdagangan tujuh ekor orangutan dari Kaltim di Osaka, Jepang. Harga orangutan di Jepang mencapai 3.500 dollar AS/ekor atau sekitar Rp 26.500.000. *

Tidak ada komentar: